Rabu, 26 Oktober 2011
Cerita XII IPA 1 24 okt 2011
Cerita XII IPA 1 24 okt 2011
SMA Muhammadiyah Cileungsi
awalnya
pas hari minggu kita (XII IPA 1) ada acara foto untuk album kenangan di Taman
Wiladatika. setelah selesai, dan lagi siap siap pulang, anak anak pada bingung
untuk tes pidatoB. Indonesia hari senin besoknya. alasan bingungnya yang
utama sih pada belum hafal. padahal itu tugas udah dari jauh jauh hari di kasih
bunda Ery (guruB. Indonesia) , tapi dengan alasan "SIBUK" dan
"BANYAK TUGAS" jadi kaga hafal hafal.
senin
besoknya, begitu masuk kelas, puput nyengir sedikit ngeliat anak anak yang grassak
grussuk ngapalin pidato B. Indonesia, apalagi B.Indonesia pelajaran pertama.
sampe sampe pas upacara sempet sempetnya puput sama angel bawa pidatonya ke
lapangan upacara. kebetulan kita tim padus, jadi pas lagi gag nyanyi, ngapalin
deh :)
pas selesai upacara langsung tuh anak anak pada dag dig dug
lagi, untungnya ada acara dulu di masjid yang lumayan makan waktu, jadi ngambil
waktu pelajaran B. Indonesi. abis acara di masjid selesai langsung pada ke
kelas dan sibuk ngapain lagi (ketauan banget gag preparenya ).
karena
abis upacara ada acara dulu di masjid, jadi waktu pelajaran B. Indonesia
cuma tinggal 20 menit lagi. dimulailah percakapan ...
puput
: "mba enjel, panggil bunda gih sana, waktunya 20 menit lagi"
enjel
: "gamau akh, cape, aku mulu" (padahal mah alesannya belom hafal
pidato)
puput
: "rakha (ketua kelas) panggil bunda gih sana ! tar keburu abis
waktunya"
rakha
:" jangan saya akh, saya belom hafal" (jujur)
puput
: "nunk, panggil bunda gih sana"
nunk
: (dengan wajah manyun penuh arti) “duh, aku belom apal“
puput
: “ kan majunya di kocok ini“
nunk
: “ya kalo pas di kocok ternyata aku dapet pertama gimana? orang belom apal“
puput
: “ya itu si DL“ (blaga udah hafal, padahal mah sama aja)
nunk langsung keluar kelas untuk jemput bunda, tapi ternyata
bunda udah deket kelas. akhirnya, nunk dan bunda masuk kelas. puput masih
nunduk ngapalin pidato. sepintas liat nunk yang jalan di belakang bunda dengan
kepala nunduk bibir manyun.
rakha
: “siap berdoa dimulai (setelah agak lama) berdoa selesai, beri salam“
anak
anak : “assalamualaikum wr wb“ ..
langsung setelah beri salam kita seperti biasa baca surat
AlQuran dulu sebelum belajar. setelah itu disambung kultum yang hari ini
giliran Jalaludin. anak anak baca surat An Naba dengan 40 ayat (lumayan panjang)
. dan Jalal kultum tentang KEBERSIHAN :). saat jalal kultum dia juga sengajain
agak lama, yang tadinya cuma mau ngasih contoh 2 tentang kebersihan malah
nambah jadi 5.
Jalal
: " anajopatuminaliman yang artinya kebersihan itu sebagian dari
iman, itu kata bapak saya. jadi kalo ada sampah harus kita bersihin, itu kata
bapak saya. terus kalo lapangan kotor kita juga harus ngebersihin, itu juga
kata bapak saya. “ (anak anak ketawa nutupin gugup deg degannya)
di
akhir kultum jalal baca bacaan arab kaya hadist atau ayat Alquran gitu, panjang
juga. tapi tanpa ngasih tau arti dan maksudnya langsung dia bilang
"wassalamualaikum wr.wb" -_? ngeselin banget.
langsung
setelah jalal selesai kultum anak anak deg degan lagi .. lalu ..
bunda
: “assalamualaikum wr wb .. “
anak
anak : “waalaikum saalam wr wb“ (DEG DEG An)
bunda
: “baiklah kita teruskan pelajaran kita (lalu melihat jam di HP nya) tapi
waktunya tinggal 15 menit lagi. kalau ibu mau, ibu bisa saja memanggil 3 nama
untuk menyampaikan pidatonya di depan sesuai rencana kita. tapi .. saat tadi
ibu masuk kelas, dan melihat kalian semua, feeling ibu mengatakan bahwa kalian
semua belum siaap untuk maju“
anak
anak : “ hahahaha“ (ketawa kecil malu)
salah
satu anak ada yang bilang "tau aja bunda" (gatau siapa yang bilang,
buka aib aja -_? )
bunda
: “kenapa ibu bilang begitu, alasannya yang pertama ketika ibu masuk tadi,
semua kepala nunduk, ga ada yang tegak“
(anak
anak ketawa lagi)
bunda
: “dan psikologi pendidikan mengatakan bahwa kalau guru masuk kelas siswanya
pada nunduk, itu berarti mereka tidak siap untuk pelajaran itu“
(anak
anak ketawa lagi)
bunda
: “coba aja kalo ada guru yang bilang "baiklah ibu akan melemparkan
beberapa pertanyaan kepada kalian semua" pasti siswanya pada nunduk, takut
namanya dipanggil“
(anak
anak ketawa lagi)
bunda
: “yang kedua. selama .. (bunda liat absensi kelas) selama 16 kali pertemuan,
baru kali ini kalian baca surat sepanjang itu. biasanya ga pernah, padahal
kalian tahu jam pelajaran b.Indonesia tinggal sebentar lagi“ (dengan senyum
sedikit gedeg)
(anak
anak ketawa ngakak ga tau malu :))
rakha
:kita kan emang lagi ngapalin buat tahfidz bunda, jadii dibaca terus (100%
bener)
bunda
: “Bohong“ (dengan wajah ga percaya)
puput
: “bener ko bun, sambil ngapalin, kemaren kemaren juga baca itu“ (100%
bener)
bunda
: “bohong“ (dengan wajah hemm)
masud
: “kita emang hafalnya yang itu bunda“ (100% BOHONG :))
bunda
: “bohong“ (dengan wajah hemmmmmmm)
akhirnya
bunda bilang ...
bunda
: “baiklah, dengan sejumlah alasan itu bunda putuskan untuk pengambilan nilai
tes pidato hari jumat saja”
(anak
anak bersorak hore dan tertawa ria ga tau malu :D)
Selasa, 18 Oktober 2011
Kematian Tak Kehilangan Nyawa
KEMATIAN TAK KEHILANGAN NYAWA
Intelektualitas
telah menjadi kata yang ditakuti
Menjulang
tinggi mengalahkan kata kematian
Patutkah
?
Atau
hanya kelemahan diri yang tak mampu meraihnya ?
Lalu
salah kah mereka yang berhasil mengangkatnya ?
Ketika
intelektualitas menjadi tolak ukur
Akankah
etika agung dan ucap santun terbelakangi ?
Ketika
intelektualitas menjadi tolak ukur
Akankah
sisi religius kehidupan menjadi urutan terbelakang ?
Ku
rasa tak patut kami berteriak menyadarkan kesadaran
Kepada
para pakar atau beliau
Mengutarakan
ketidakinginan dalam kata kata tegas dan berani
Karena
kami masih sekecil benih
Membutuhkan
pupuk untuk tumbuh
Menakuti
hambatan dari hama yang bisa menghalangi
Kami
hanya sehelai daun yang berharap besar menjadi pohon rindang
Namun
percayalah
Saat
laku santun dan sisi religius tetap dalam tingkatan ukur tertinggi
Penerapan
dan usaha tetap mengedepankannya
Intelektualitas
akan tetap berjalan beriringan dengan mereka
Menunjukkan
kembali taring hakikat mereka yang tak dapat dipisahkan
Dan
perlu di pertimbangkan secara bersamaan
Kematian
bukan lagi akibat hilangnya nyawa
18
oktober 2011
dwi
putri c
Ingatan Siksa
Ingatan Siksa
Kepakan sayap ku terhenti
Detak jantung melemah
Kepala tertunduk
Dan helaan nafas terbuang pendek
Ingatan pahit itu kembali menyapa
Saat burung burung berhasil mengangkat
tubuh ku
Menyaksikan sisi indah dibalik jeritan
itu
Sesekali suaramu menggema menyapa
Lalu
Kembali wajahmu berada di antara wajah
wajah yang hendak ku cinta
Mengusik kembali sang kisah
Dengan laku buruk dan memori menyiksa
Tak akan kau lihat senyumku
Saat kau sendiri masih memendamnya
jauh di luka
Sekalipun setiap helaan nafas selalu
ada
Tapi tidak untukmu
Bukan kesedihan
Hanya saja aku enggan tersenyum saat
kau membuka mata
Jangankan dalam mimpi
Dalam ingatanpun aku enggan mengingat
ujung rambutmu
Yang kau balut laku palsu
Ketika seribu pujangga bersyair
tentang cinta
Ku balas mereka dengan sikap cinta
Tapi tidak untukmu
Dan lihatlah jauh ke lubang dusta
Disanalah akan kau lihat namamu masuk
dalam daftarnya
Dengar dengan bijaksana
Semua suara dunia yang berkumandang
kezaliman manusia
Dan akan kau dengar namamu disebutnya
Lihat lembaran kepalsuan yang
tersembunyi
Maka kepalsuanmu berhasil menjulang
tonggak nya
Merontalah !! tak akan pernah aku
mengemis mu kembali
Meski hanya kau lelaki di bumi
Karena sekalipun kau berubah
Aku tidak bersedia menjadi saksi kunci
Bahkan di saat akulah manusia terakhir
Saat kau mencoba memasuki kuil hati
Lalu membunyikan loncengnya lagi
Aku tak akan bergeser dari kursi
lembar baru
Yang telah ku mulai tanpa kamu dan
bayangmu
18 oktober 2011
dwi putri c
Minggu, 09 Oktober 2011
Aku Kehilangan Tegar Ku
Aku Kehilangan Tegar Ku
Karang hati dan benteng kokoh ini runtuh
Menyaksikan terjangan ombak dan tumbukan senjata
Mencoba membangun kembali
Namun tanpa kekuatan
Mereka menyaksikan jiwa ku yang terpenjara dalam raga
Menggaungkan ketegarannya yang memudar
Aku kehilangan tegar ku
Semua menggemakan nada gemuruh
Indah cahaya petang terlihat kelam
Mekar mawar lebih terasa durinya bagiku
Dawai cinta bersenarkan urat nadi
Perih saat kau petiknya
Tak ada yang peduli
Mereka hanya puas dengan zahir palsu ku
Aku kehilangan tegar ku
Terombang ambing mencari kekuatan itu
Mencoba berlari menembus padang ilalang yang selama
ini menahanku berontak pada kezaliman
Melilitkan derita dan meruntuhkan ketahanan yang
mulai mengikis
Ku coba kembali untuk berlari
Namun dalam pelarianku
Bayang bayang kehidupan itu menghantuiku
Mengatakan ketidaksanggupan ku
Haruskah ku bangun lagi dasar hati yang dulu ?
Atau hanya diam menyaksikan binasanya dunia ku
Dan perlahan untaian kata itu kembali memaksaku
memasuki arena tangisku
Aku kehilangan tegar ku
Saat angin berhembus lembut dan menyamarkan arahnya
Aku mulai kehilangan dalam senyap dunia
Jeratan seribu kail yang menusuk pun tak akan pernah
kau dengar
Hanya berharap kelak sinar hangat mentari memasuki
hati
Membalut luka dalam tersembunyi
Melemahkan segala tekanan
Mendasari bangunan kokoh dasar hati
Hingga tak ada fatamorgana semu
Aku kehilangan tegar ku
Wajah ku masih dapat membendungnya
Membendung hancurnya hati karena kezaliman mereka
Hingga aku tersungkur dalam naungan MU
Naungan kasih dalam sujud panjangku
Mengusir kehancuran hatiku dan mulai menyalakan
lilinnya yang mati
Redup tak bercahaya
Namun telah terang tenang karena kekuatan MU
Engkaulah kekuatanku
Kekuatan hidupku
Saat ketertutupanku menghalangi semua cinta
Engkau melewatinya
Membuat mulut dan hatiku tak pernah bungkam
Hingga samar bayang tegar itu merasuki ku lagi
Dan inilah akhir dari
AKU KEHILANGAN TEGAR KU
dpc
AKu dan Kedudukan Ku
AKu dan Kedudukan Ku
Ku buka lembar hidup
baru
Dengan penuh pemikiran
dan pertimbangan
Kumulai semua dengan 1
langkah
Namun seribu pemikiran
Dengan 1 kata
Namun seribu
pertimbangan
Dan dengan 1 tingkah
Dengan seribu
pematangan dan kegelisahan
“SETIAP MANUSIA PASTI
MEMPUNYAI KESALAHAN”
Ya ! namun bukan alasan
untuk ketidaksempurnaan
Memang tempat kesalahan
Namun bukan berarti
ketidaksanggupan
Dan memang tidak ada
kesempurnaan
Namun bukan kewajaran
yang melalaikan
Hari baru itu
membebaniku pertanggung jawaban baru
Saat mulai terlena
dengan tingkah remaja sebaya
Aku harus menundanya
Saat mulai merasakan
cinta
Aku tak bebas bermain
didalamnya
Bahkan saat sifat
kecilku datang
Aku harus menolaknya
Ini bukan aku
Tapi dia
Ini bukan aku
Tapi palsu ku yang
menuju utuhku
Saat mereka
membanggakannya dengan kata ANUGRAH
Aku menyebutnya sebagai
MUSIBAH
Saat mereka
menganggapnya sebagai KEBANGGAAN
Aku menganggapnya
sebagai KEHINAAN
Namun bukan sebagai hal
yang mengusikku
Bukan juga sebagai hal
penganggu atau penghancur hari
Namun lebih memaknainya
sebagai pembelajaran
Untuk aku, diriku,
semua pada ku
Dan, hidupku ..
kuatkanlah Ya ALLAH :’)
1 Menit Saja
1 Menit Saja
Aku menatapmu dari kejauhan
Lalu senyum binar cinta
itu datang
Mengetuk rasa dan hati
dengan ketukan kasih
Bibir yang melengkung
mengisyaratkan sesuatu
Cinta ?
Akupun tak tahu
Yang ku tahu hanya
dedaunan yang melambai
Angin yang bergulir
merasuk naung diri
Lautan terbelah membentuk
hati
Burung bersenandung lagu
cinta
Huruf menghilang
kecuali L,O,V,E
Dan genderang jantung
berdegup oleh peri cintamu
Aku menatapmu dari kejauhan
Mengagumi dan terhanyut
dalam ilusimu
Tutur lembut dan tingkah
agungmu menyapaku
Memproduksi rasa baru
dalam kamusku
Melenyapkan semua
kesendirian yang mendekap
Menghancurkan gundah jiwa
akan lelah
Menyapa penjaga hati yang
telah lama menunggu
Dan,
Aku terus menatapmu dari kejauhan
Menyadari kekosongan hati
yang sejak lama ada
Meyakinkan diri dengan
kedipan mata
Ini hanyalah permainan
Keterpautan jiwa yang fana
Dan ketertarikan akan
pribadimu
Yang tak berujung pada
alamat cinta
Terhenyak saat jawaban itu
buntu
Segera ku sadari
Aku hanya mengagumimu satu
menit
Tak lebih,
Lalu,
Aku masih menatapmu dari kejauhan
Seketika cinta abadi NYA
menegurku
Hanya hal biasa, tak
seistimewa mutiara
Kusadari cepat
aku bukan mencintaimu
hanya mengagumimu
Hingga akhirnya,
Aku berhenti menatapmu dari
kejauhan
Langganan:
Postingan (Atom)